Two Hearts - 9

Hujanpun turun di apartemenku, aku urungkan niatku untuk pergi ke rumah bibi. Aku tahu sekarang mengapa kemarin George ada di rumah bibi, dia mengantarkan tas bibi karena kemarin dia tinggalkan dikursi saat menjenguk ibu. Lamunanku makin jauh tentang Xavier, aku tidak mengerti mengapa aku selalu memikirkannya, apa yang merasuki diriku ini? sungguh tidak mengerti, ponselku berbunyi nomornya tidak aku kenal “apakah ini Audrey?” seorang laki-laki berbicara di telfon. “iya ini aku Audrey, kau siapa?” kecurigaanku muncul. “syukurlah…, aku Xavier, kenapa kau tidak pergi ke rumah bibi? bukannya kau akan kesini?” dia menanyakan kepadaku “oh ternyata kau, aku pikir kau Louis, hampir saja…, aku tidak pergi karena di daerahku hujan, maaf aku tidak bisa pergi” kecurigaanku berbubah menjadi kebahagiaan. “Louis? siapa dia? oh tunanganmu itu?” nada bicaranya berubah menjadi angkuh. Aku tidak bisa berkata apa-apa mengapa aku sebut nama itu, sungguh kesalahan yang fatal. “ee….emm..bu..bukan, dia hanya temanku” bicaraku mendadak gagu. “jika tunanganmu juga tidak apa-apa, apa kau nanti malam ada acara? aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat” dia menawariku tawaran yang selama ini aku tunggu, berjalan bersamanya. “aku mau!!!” aku begitu bersemangat. “baiklah, berikan alamat apartemenmu kepadaku, akan aku jemput nanti”. Aku memberikan alamat apartemenku kepadanya.

Harapanku yang selama ini aku tunggu pun akhirnya bisa terwujud, sebelum pernikahan itu dimulai aku ingin melewati hidupku dan hari-hariku bersamanya. Xavier pun telah menunggu di depan pintu apartemenku. Didalam perjalanan aku melihat wajah Xavier begitu bahagia, terlihat dari senyumannya. Didalam mobil aku bertanya sesuatu kepadanya. “darimana kau dapat mobil mewah ini? dan ponsel, iya ppnsel, mengapa kau bisa manelfonku, padahal kau tidak punya ponsel?” aku menanyakan hal memang begitu aneh kepadanya. “dulu aku mempunyai seorang ibu tiri dialah yang merawatku dan adikku, ketika aku ada di panti asuhan diamengadopsi aku dan adikku. dan dialah yang memberikan ini kepadaku” dia menceritakan semuanya “lalu? mengapa kau jadi pembunuh? kau sudah memiliki kebahagiaan bersamanya kan? kenapa kau menghancurkan semuanya?” aku bertanya penasaran. “dia adalah serorang janda, suaminya meninggal karena kecelakaan, dia tidak memiliki anak, karena dia sangat kesepian dia mengadopsi kami berdua, tetapi saat adikku dan aku merasakan hangatnya seorang dekapan ibu, seorang penjahat pada malam itu merampok rumah kamu dan membunuh ibu tiriku, belum sempat pembunuh itu mengambil barang-barang yang ada di rumahku polisi datang. dan aku berfikir, mengapa setiap aku mendapat kebahagiaan selalu tidak pernah ada yang abadi semuanya hanya sementara,jadi aku berpikir untuk menjadi pembunuh, ya jadi pembunuh untuk membunuh orang yang telah merenggut nyawa ibuku.” dia mengeluarkan air mata saat sedang menceritakan semuanya. “jadi ini adalah sebuah warisan?” aku menanyakannya sekali lagi. “iya memang benar ini semua warisan dari ibuku”.


Akhirnya kita sampai di sebuah rumah yang begitu mewah dan begitu indah sekali. aku duduk diruang tamu dan seorang nenek-nenek datang menghampiriku. “kau pasti Audrey” nenek itu menanyakan hal yang aneh. “iya aku Audrey, kau siapa?” “aku Jane, aku adalah nenek Xavier” dia mejabat tanganku untuk berkenalan. Xavier mengajakku kesebuah tempat yang tidak jauh dari rumahnya, ini terlihat seperti pemakaman, ya benar pemkaman, untuk apa dia membawaku kemari. Di sebuah batu nisan itu tertulis nama seseorang bernama Darwin. ternayata dia membawaku ketempat peristirahatan adiknya. “ini pasti adikmu” Xavier terkejut mendengar aku mengatakan hal itu ” iya benar, darima kau tahu?” Xavier menanyakan hal itu “aku membaca artikel tentangmu di sebuah internet” “oh begitu, adikku sangat senang sekali dengan lagumu pada saat dia masih kecil, maka dari itu aku membawamu kemari” pandangan penuh harap Xavier terlihat dari wajahnya, yang menginginkan adiknya hidup kembali.


Aku menanyakan hal yang memang harus aku ketahui “Xavier, mengapa saat kau dipenjara, dan dihukum mati, kenapa bisa kau bebas begitu saja? dan mengapa saat kau dipenjara tidak ada satu orang pun yang menjengukmu? kau bilang kau tidak punya keluarga? padahal kau punya kan?, kenapa Xavier? ” aku sangat ingin tahu lebih jauh kehidupannya. “kau sudah bertemu nenekku? lebih tepatnya nenek tiriku? dia yang membebaskanku meskipun aku tidak ingin dibebaskan, dia meminta pihak kepolisian karena tidak ingin melihat cucu palsunya dihukum mati, tanpa sepengtahuanku dia membayar polisi untuk membebaskanku, aku tidak ingin memberitahu keluargaku karena aku tidak ingin ada orang jahat yang akan merenggut nyawa keluargaku satu-satunya yaitu nenekku, aku bersikap dingin karena aku tidak ingin melihat orang-orang bisa mempermainkanku seenaknya. nah, kau sudah tahu kan?” dia mengusap kepalaku seperti anak kecil kemudian tersenyum.

Komentar

Postingan Populer