Two Hearts - 2
Cuaca Inggris hari ini benar-benar sangat dingin. Bibi Monika adalah kakak dari Ibuku , dia bekerja sebagai biarawati. Selama hidupnya dia habiskan untuk membatu orang-orang yang memang membutuhkan bantuannya. Bibi Monika mengajakku ke sebuah rumah tahanan yang berada di daerah Manchaster. “aku menunggu di mobil, sebenarnya aku tidak ingin masuk ke tempat yang memuakan seperti ini bibi” aku mengelak untuk mengikutinya masuk “kau harus masuk !! kau sendiri yang menerima tawaranku waktu itu kan? kau sudah lupa? ayo masuk” bibiku mulai mengancamku seperti anak kecil. Lagi lagi aku terpaksa mengikuti perintahnya.
Lorong demi lorong aku melihat semua orang memakai baju abu-abu dengan nomor berwarna hitam di bagian dada sebelah kanan “apa yang mereka lakukan ditempat seperti ini? apa yang membuat dia berada di tempat menyeramkan seperti ini?” aku berbicara dalam hati. Tibalah aku dan Bibi Monika di salah satu ruangan suci tempat para tahanan berdoa. “dia sudah datang” polisi pun membawa seseorang laki-laki yang bertubuh tegap, berkulit putih asia, seperti turunan korea inggris, dan rambut yang hitam kecokelatan, dengan tangan diborgol. “hai Xavier, akhirnya aku bertemu juga denganmu” bibi mempersilahkannya duduk. “ayo makanlah kau tidak usah ragu-ragu” bibi mengeluarkan roti dan membuatkannya kopi “ayo makanlah jangan sungkan-sungkan” bibi menjejali tangan Xavier dengan roti yang dibawanya. Xavier hanya diam dan duduk seperti siput, dia tidak berkutik sama sekali.
Bibi meminta petugas untuk membuka borgolnya, karena dia pikir dia tidak bisa makan karena tangannya diborgol, tetapi petugas itu tidak bisa melakukan yang Bibi Monika perintahkan “terimakasih sebelumnya karena setelah sekian lama kau tidak membalas suartku, apa yg membawamu untuk membalas suraktu?” bibi Monika mulai menanyakannya kepada siput itu, jawaban yang tidak kami duga pun keluar begitu saja dari mulutnya “aku muak denganmu, muak dengan semua surat-surat yang kau kirim, kau seperti malaikat yang diturunkan tuhan untuk membatuku, tapi aku tidak berfikir seperti itu, kau selalu memberiku harapan untuk hidup? ingat ! aku tidak butuh semua itu ! aku narapidana hukuman mati ! jadi? untuk apa aku mempunyai harapan yang belum tentu bisa diwujudkan, ingat! kau tidak perlu menjengukku dan memberikan aku surat!.” dia bergegas pergi dari kursi yang ia duduki. “tunggu !, petugas tolong berikan baju hangat ini dan beberapa roti untuknya, tolonglah meskipun aku tahu ini ilegal tapi tolonglah” bibi memelas kepada petugas. saat petugas memberikannya semua pemberian bibi kepada Xavier, siput sialan itu menjatuhkannya begitu saja. “ahahaha” aku tidak bisa menahan suaraku, aku ingin sekali tertawa melihatnya, dan semua mata tertuju padaku. “Xavier dia adalah keponakannya Bibi Monika, dan dia adalah seorang penyanyi” petugas memperkenalkan aku kepadanya. Tatapan yang dingin penuh amarah membuatku seketika diam membisu, tak lama kemudia dia pergi begitu saja.
“kau memang wanita aneh ! bisa-bisanya kau tertawa dalam situasi seperti itu? memang tidak berguna” Bibi memarahiku sepanjang jalan pulang “aku hanya tidak tahan melihat kelakuanmu yang bertingkah seperti ibunya, itu menurutku sangat menggelikan” aku selalu tertawa jika mengingat kejadian yang sangat aneh dan penuh drama itu.
Lorong demi lorong aku melihat semua orang memakai baju abu-abu dengan nomor berwarna hitam di bagian dada sebelah kanan “apa yang mereka lakukan ditempat seperti ini? apa yang membuat dia berada di tempat menyeramkan seperti ini?” aku berbicara dalam hati. Tibalah aku dan Bibi Monika di salah satu ruangan suci tempat para tahanan berdoa. “dia sudah datang” polisi pun membawa seseorang laki-laki yang bertubuh tegap, berkulit putih asia, seperti turunan korea inggris, dan rambut yang hitam kecokelatan, dengan tangan diborgol. “hai Xavier, akhirnya aku bertemu juga denganmu” bibi mempersilahkannya duduk. “ayo makanlah kau tidak usah ragu-ragu” bibi mengeluarkan roti dan membuatkannya kopi “ayo makanlah jangan sungkan-sungkan” bibi menjejali tangan Xavier dengan roti yang dibawanya. Xavier hanya diam dan duduk seperti siput, dia tidak berkutik sama sekali.
Bibi meminta petugas untuk membuka borgolnya, karena dia pikir dia tidak bisa makan karena tangannya diborgol, tetapi petugas itu tidak bisa melakukan yang Bibi Monika perintahkan “terimakasih sebelumnya karena setelah sekian lama kau tidak membalas suartku, apa yg membawamu untuk membalas suraktu?” bibi Monika mulai menanyakannya kepada siput itu, jawaban yang tidak kami duga pun keluar begitu saja dari mulutnya “aku muak denganmu, muak dengan semua surat-surat yang kau kirim, kau seperti malaikat yang diturunkan tuhan untuk membatuku, tapi aku tidak berfikir seperti itu, kau selalu memberiku harapan untuk hidup? ingat ! aku tidak butuh semua itu ! aku narapidana hukuman mati ! jadi? untuk apa aku mempunyai harapan yang belum tentu bisa diwujudkan, ingat! kau tidak perlu menjengukku dan memberikan aku surat!.” dia bergegas pergi dari kursi yang ia duduki. “tunggu !, petugas tolong berikan baju hangat ini dan beberapa roti untuknya, tolonglah meskipun aku tahu ini ilegal tapi tolonglah” bibi memelas kepada petugas. saat petugas memberikannya semua pemberian bibi kepada Xavier, siput sialan itu menjatuhkannya begitu saja. “ahahaha” aku tidak bisa menahan suaraku, aku ingin sekali tertawa melihatnya, dan semua mata tertuju padaku. “Xavier dia adalah keponakannya Bibi Monika, dan dia adalah seorang penyanyi” petugas memperkenalkan aku kepadanya. Tatapan yang dingin penuh amarah membuatku seketika diam membisu, tak lama kemudia dia pergi begitu saja.
“kau memang wanita aneh ! bisa-bisanya kau tertawa dalam situasi seperti itu? memang tidak berguna” Bibi memarahiku sepanjang jalan pulang “aku hanya tidak tahan melihat kelakuanmu yang bertingkah seperti ibunya, itu menurutku sangat menggelikan” aku selalu tertawa jika mengingat kejadian yang sangat aneh dan penuh drama itu.
Komentar
Posting Komentar