Two Hearts - 8

Aku tidak tahu apa yang membuat aku ingin kembali ke rumah tahanan tersebut padahal aku sama sekali tidak ada pekerjaan lagi bersama bibi. Aku meminta kepada petugas untuk mempertemukan aku dengan Xavier, petugas pun membawaku ke ruangan suci. “ada apa kau menjengukku?” Xavier memulai percakapan. Aku menundukan kepalaku mengarah ke lantai ruangan tersebut sambil mataku berkaca-kaca akan menangis dan tidak menjawab pertanyaannya. “hey aku bertanya padamu, jika kau tidak menjawab, aku akan kembali ke dalam sel” dia menanyakan kembali dengan muka yang kesal. Karena kesal mengunggu jawabanku akhirnya dia beranjak dari kursi dan kembali ke petugas, tetapi Aku mengadahkan kepalaku sambil mengusap air mata yang menetes di pipiku dan berteriak kepadanya “tunggu, aku hanya ingin mengetahui bagaima kabarmu”. Xavier kembali duduk saat aku menjawab pertanyaannya. “aku baik-baik saja, bagaimana denganmu? sepertinya kau sedang tidak baik, apakah percobaan bunuh diri yang kau lakukan gagal lagi?” dia mencondongkan wajahnya hingga tepat berada di depan wajahku yang sembab karena habis menangis. pertanyaan itu membuat aku tertawa “haha, bisa saja kau ini, bagaima kau tahu jika aku selalu ingin bunuh diri dan gagal” “Bibimu selalu menceritakanmu kepadaku tentang keponakannya yang bodoh” wajah yang begitu bahagia terpancar darinya “haha Bibi memang memalukan saja, Xavier apakah kau mau menjadi temanku?” aku sangat tidak mengerti mengapa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Xavier pun sangat bingung untuk menjawab pertanyaanku “apa? teman? selama ini aku tidak punya teman, jika kau mau berteman denganku, baiklah”. Aku sangat senang dengan jawaban Xavier. Kami mengobrol sampai tidak mengenal waktu, jika waktu besukku telah habis. Aku kembali ke apartemenku di daerah Norwich dan dia kembali ke sel tahanannya.

Selama beberapa hari ini aku dan Xavier menghabiskan waktu bersama di ruangan suci tempat kami bercanda dan bercakap-cakap. Dengan kejadian itulah aku merasakan ini yang dinamakan cinta. Xavier akan bebas besok hari, karena Xavier berkelakuan baik selama beberapa bulan ini. Aku berkata pada Bibi Monika tentang bebasnya Xavier, Bibi sangat senang mendengar berita itu.


Pagi ini aku menjemput Xavier dan membawanya ke rumah bibi. Tidak kusangka ternyata dirumah bibi ada George kakakku, aku lemas seketika “siapa laki-laki ini? jawab aku Audrey !, kau bersama seorang pembunuh bajingan ini? pantas saja aku curiga dan khawatir tentangmu, dan benar saja selama ini kau bermain dengan orang tidak sebanding denganmu !” kakaku menamparku dengan keras, tiba tiba Xavier yang melihat aku diperlakukan seenaknya oleh kakaku akan menghajar kakaku tetapi itu tidak berhasil karena bibi melerai mereka. George pergi begitu saja. Bibi membangunkan aku yang jatuh dihalaman rumahnya karena kaget melihat perlakuan kakaku, bibi mengobati pipiku dengan es. “apa kau baik-baik saja?” Xavier memegang tanganku dan mengusap air mataku “aku baik-baik saja Xavier” aku sangat sedih untuk menjawab kata-kata itu. Setelah mengantarkan Xavier dan memastikan keadaanku baik, aku kembali ke apartemenku untuk beristirahat.

Komentar

Postingan Populer