Two Hearts - 5
“terimakasih kau sudah mau menemaniku untuk makan malam, dan ada yang ingin ku katakan kamu sangat cantik malam ini” kalimat yang sangat menggelikan keluar dari mulutnya, saat aku akan keluar dari mobil tanganku tertahan ” Audrey, pakai cincin ini ya, aku mohon !!” dia memasangkan cincin berlian yang begitu mahal pada jari manisku. “oh ya, aku ingin menanyakan sesuatu, pada saat makan malam apa yang kau pikirkan? sepertinya kau sedang tidak memikirkan aku?” Louis dengan heran menanyakannya kepadaku. “aku lelah !, aku ingin beristirahat !” pintu mobil Louis pun aku banting sekeras-kerasnya dan langsung menuju rumah.
Belum sempat aku menuju pintu kamar, ibuku mulai mengintrogasiku ” bagaimana? apakah menyenangkan? akhirnya hatimu luluh juga kan kepada Louis, kalau begitu aku akan percepat pernikahan ini mungkin di awal bulan kalian bisa menikah” ibu begitu yakin dengan prinsipnya yang akan menjodohkan aku dengan lelaki yang sama sekali tidak aku cintai, aku mulai naik darah !, “ibu memang keterlaluan, ibu menyuruhku menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak aku cintai ! apa maksud ibu? apa ibu menjualku demi popularitas ibu? iya? begitukah? aku kesal dengan semua ini, sungguh kau tidak punya perasaan !” aku tidka bisa menahan air mataku, aku langsung mengunci kamarku. Aku ingat pekataan Xavier “aku tidak ingin mempunyai harapan” itulah yang saat ini aku inginkan.
ibu memilih Louis karena jika aku menikahinya, aku akan menjadi terkenal karena Louis adalah jaksa terkenal di inggris, itu yang ibu inginkan, sebuah popularitas.
Aku menjemput Bibi Monika dan kembali melakukan aktivitas menjadi seorang asisten biarawati.tibalah aku di ruangan suci tahanan, hari ini aku begitu kacau sangat kacau. “ceritalah Audrey” tiba-tiba bibi mengatakan hal yang membuat lamunanku seketika buyar “aku tahu kau sedang bersedih, kau tidak perlu membohongiku”. aku mulai memberanikan diri untuk menatap dan berbicara semua keluh kesahku kepadanya “ini semua karena Louis dia adalah masalah bagi hidupku, apalagi ibu, dia sama sekali tidak pernah mengerti perasaanku, secara tidak langsung perjodohan ini tidak seperti perjodohan,terlebih seperti penjualan seorang wanita ! inilah bi mengapa aku ingin sekali menyusul ayah dan berada disampingnya, ya benar bi aku ingin mati” aku berteriak-teriak hingga aku tidak menyadari bahwa Xavier dan petugas tahanan sudah datang. Aku langsung pergi meninggalkan ruangan itu dan kembali ke mobilku. aku menangis dengan hebat di dalam mobil, otak kotorku mulai meyuruhku untuk kembali meminum obat tidur secara serampangan karena aku ingin cepat-cepat menyusul ayah, hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.
Badanku begitu lemas, tak bisa aku gerakan sama sekali. “Miranda cukup !, cukup sudah kau membebani anakmu dengan perjodohan yang tidak logis ini. kau ingin melihat anakmu menderita? atau bahagia? kau tidak pernah bisa merasakan bagaimana hidup seperti dia. cukup Miranda, dan kau George aku mohon berilah pengertian terhadap Louis bahwa Audrey tidak mencintainya, George kau adalah seorang kaka yang seharusnya berlaku bijaksana, apalagi kau adalah seorang jaksa !. jika kalian mengandalkan ego satu sama lain, sebentar lagi kau akan kehilang Audrey !” bibi keluar dari ruangan rawat inapku. Mataku sulit untuk kubuka, aku hanya bisa mendengarkan percakapan yang panjang dari mereka.
Belum sempat aku menuju pintu kamar, ibuku mulai mengintrogasiku ” bagaimana? apakah menyenangkan? akhirnya hatimu luluh juga kan kepada Louis, kalau begitu aku akan percepat pernikahan ini mungkin di awal bulan kalian bisa menikah” ibu begitu yakin dengan prinsipnya yang akan menjodohkan aku dengan lelaki yang sama sekali tidak aku cintai, aku mulai naik darah !, “ibu memang keterlaluan, ibu menyuruhku menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak aku cintai ! apa maksud ibu? apa ibu menjualku demi popularitas ibu? iya? begitukah? aku kesal dengan semua ini, sungguh kau tidak punya perasaan !” aku tidka bisa menahan air mataku, aku langsung mengunci kamarku. Aku ingat pekataan Xavier “aku tidak ingin mempunyai harapan” itulah yang saat ini aku inginkan.
ibu memilih Louis karena jika aku menikahinya, aku akan menjadi terkenal karena Louis adalah jaksa terkenal di inggris, itu yang ibu inginkan, sebuah popularitas.
Aku menjemput Bibi Monika dan kembali melakukan aktivitas menjadi seorang asisten biarawati.tibalah aku di ruangan suci tahanan, hari ini aku begitu kacau sangat kacau. “ceritalah Audrey” tiba-tiba bibi mengatakan hal yang membuat lamunanku seketika buyar “aku tahu kau sedang bersedih, kau tidak perlu membohongiku”. aku mulai memberanikan diri untuk menatap dan berbicara semua keluh kesahku kepadanya “ini semua karena Louis dia adalah masalah bagi hidupku, apalagi ibu, dia sama sekali tidak pernah mengerti perasaanku, secara tidak langsung perjodohan ini tidak seperti perjodohan,terlebih seperti penjualan seorang wanita ! inilah bi mengapa aku ingin sekali menyusul ayah dan berada disampingnya, ya benar bi aku ingin mati” aku berteriak-teriak hingga aku tidak menyadari bahwa Xavier dan petugas tahanan sudah datang. Aku langsung pergi meninggalkan ruangan itu dan kembali ke mobilku. aku menangis dengan hebat di dalam mobil, otak kotorku mulai meyuruhku untuk kembali meminum obat tidur secara serampangan karena aku ingin cepat-cepat menyusul ayah, hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.
Badanku begitu lemas, tak bisa aku gerakan sama sekali. “Miranda cukup !, cukup sudah kau membebani anakmu dengan perjodohan yang tidak logis ini. kau ingin melihat anakmu menderita? atau bahagia? kau tidak pernah bisa merasakan bagaimana hidup seperti dia. cukup Miranda, dan kau George aku mohon berilah pengertian terhadap Louis bahwa Audrey tidak mencintainya, George kau adalah seorang kaka yang seharusnya berlaku bijaksana, apalagi kau adalah seorang jaksa !. jika kalian mengandalkan ego satu sama lain, sebentar lagi kau akan kehilang Audrey !” bibi keluar dari ruangan rawat inapku. Mataku sulit untuk kubuka, aku hanya bisa mendengarkan percakapan yang panjang dari mereka.
Komentar
Posting Komentar