Two Hearts - 4

Ketika aku dalam kesusahan dan kesulitan ayahku John selalu membantuku, dia tidak pernah lelah untuk selalu memotivasi dan memberikanku semangat dalam segala hal. Hingga aku menjadi penyanyi terkenal pada saat itu karena usaha ayahku, aku yang ingin menjadi penyanyi dan dialah yang berusaha mencarikan aku tawaran menyanyi. Berbeda dengan ibuku Miranda, dia memang sosok ibu yang baik tetapi dia tidak pernah ada jika aku membutuhkannya, dia selalu membanggakan kakaku yang seorang jaksa, ya, dia adalah George seorang laki-laki yang begitu sempurna diamatanya. Ibuku membenciku karena saat dia melahirkan aku, dia memiliki penyakit kanker payudara, mungkin karena itulah dia membenciku. Meskipun dia membenciku dia juga mempunyai sisi yang baik. Aku sangat rindu ayahku, semoga disurga sana ayah baik-baik saja.

Hari ini aku tidak ada jadwal dengan Bibi Monika, karena dia ada pekerjaan lain yang harus dia selesaikan. Aku hari ini tidak menginap diapartemenku, selesai menyanyi disebuah acara tiba-tiba ponselku berbunyi. “kau hari ini pulang ke rumah ibu, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu ” nada yang khas keluar begitu saja dari mulutnya tak lain dia adalah George kakaku. Aku duduk di sebuah sofa di ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuhku yang lelah ini. Tak lama aku beristirahat tiba-tiba bel rumah pun berbunyi. Sebenarnya sangat malas sekali untuk beranjak dari sofa, tapi karena bel itu tak kunjung berhenti aku terpaksa membuka pintu itu. Sungguh aku tak percaya ternyata kakaku tidak sendirian, dia membawa temannya yang tak lain adalah calon suamiku Louis itulah namanya. “lama sekali kau membukakan pintu !” muka yang sangat lelah terpampang jelas diraut wajah kakaku. “bagaimana kabarmu? bagaimana karirmu?” Louis membuka percakapan. “baik, semua berjalan baik” singkat ku menjawab. “aku dengar kau akhir-akhir ini menjadi asisten Bibi Monika? benarkah itu?” dia kembali bertanya. “ya”. “besok malam apa kau mempunyai acara?” dia kembali memberikan aku pertanyaan yang sangat bodoh. “tidak” singkat ku menjawab “bagaimana jika kita makan malam?”. belum sempat aku menjawab tiba-tiba ibu datang dan berkata “tenang saja Louis, Audrey pasti akan makan malam denganmu” apa yang ibu katakan? apa maksudnya? sungguh menyebalkan. karena hari sudah malam dan aku tidak ingin ribut dengan ibu, aku mengiyakan saja tawaran Louis.


Louis pun menyalakan mesin mobilnya dan pamit kepadaku, kakaku, dan ibuku untuk pulang karena hari sudah malam. “aku khawatir, dengan pelajaran yang Bibi berikan kepadamu, apalagi mengajakmu kerumah tahanan terpidana mati di Manchaster untuk apa?” wajah yang heran terpancar dari gerak-gerik kakaku “aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir, aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku sendiri !” aku langsung bergegas pergi kekamar untuk lanjut beristirahat.

Komentar

Postingan Populer